Mantan Hafidz, Kok Bisa?
Oleh : Mabin Langitan
Pada: 27/10/2019
Mantan Hafidz, Kok Bisa?

Mantan Hafizh, kok bisa? Ini adalh sebuah pertanyaan dari penulis yang harus anda jawan sebelum membaca buku ini. Jawabanya cukup Anda sampaikan di benak saja. Atau, jika memang perlu, silahkan ucapkan liwat bibir, tanpa perluh berpikir siapa yang akan mendengar dan memperdulikan jawaban anda. Mengapa begitu? Ya, karena memang jawabna dari pertanyaan tersebut memang untuk diri anda.

Akan tetapi, alangkah sebaik pertanyaan tersebut anda renungkan secara mendalam dahulu.

Kok bisa?

Ya bisa-bisa saja.

Mungkin itu adalh jawaban yang paling simpel. Namun, tahukah anda, bagi penulis, pertanyaan tersebut menjadikan penulis harus menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul dari jawaban yang penulis sampaikan sendiri, yaitu, timbul lagi pertanyaan yang nyaris sama, “kok bisa begitu?”.

Pertanyaan tersebut sebenarnya adalah pertanyaan karena rasa heran, aneh, ganjil, dan tidak habis pikir. Tepatnya kok bisa, sih, seseorang jadi mantan hafizh, emang hafalannya di kemanain? “ Gimana gak heran? Hafalan al-Qur’an itu kan nikmat yang luar biasa besar, kok bisa-bisanya jadi mantan? Apakah orang tersebut telah menemukan nikmat yang lebih indah dibanding al Qur’an? Apakah ia sudah menemukan sesuatu yang lebih mampu memberikan kebahagiaan dibanding al qur’an? Bisa jadi, sih! Tetapi itu mustahil!

Sebentar! Sebelum anda salah paham tentang “siapa” yang menulis maksud sebagai mantan hafizh, penulis tegaskan bahwa istilah tersebut selayaknya tidak pernah ada bagi orang yang menghafal al Qur’an. kita ingin al Qur’an yang kita baca, yang kita pelajari, dan kita hafal, tetap menjadi anugrah Allah Swt. yang selalu kita pelihara. Mudah-mudahan kita layak menyandang predikat ahlullah, keluarga Allah Swt. dan hamba pilihan-pilihan-Nya. Amiin

Lantas, dari mana kita tahu ada mantan hafidz sedangkan kita yakin tidak ada seorang pun yang mau ngaku sebagai mantan hafidz? Na’udzubillah, jika memang ada. Bahkan, justru yang ada adalah orang yang tidak pernah menghafal al-Qur’an tetapi mengaku-ngaku pernah menghafal al-Qur’an. Walaupun, ia hanya ngaku hafal satu atau dua juz. Atau, hafalannya malah Cuma satu atau dua surat, tetapinya ngakunya 20 juz. Astaghfirullah!!

Mantan hafidz tidak dapat diketahui hanya dari pengakuan lisan. Namun, bukankah bukti pengakuan tersebut tidak hanya diketahui dari lisan? Bukankh perbuatan pun dapat menjelaskan hal-hal yang tidak diungkapkan melalui lisannya? Berdasarkan hal-hal tersebutlah perlahan-lahan akan kita temukan jawabannya.

Seorang yang awalnya menghafal al-Qur’an tetapi kemudian tidak pernah mengulang dan menjaga hafalannya, tidak akan merasa kehilangan jika hafalan tersebut memang hilang. Selain itu, ia pun tidak ada niat mengembalikan semua ayat yang dulu pernah dihafal. Bahkan, bukan hanya niat, akhlaknya pun jauh dari nilai-nilai al-Qur’an. Apakah kita seperti itu? Kitakah yang dulu pernah menghafal al-Qur’an kemudian tidak pernah kita baca lagi hingga lupa? Ya, hafalan tersebut akhirnya jadi mantan, kan?

Coba kita ingat lagi! Ayat manakah yang pernah kita hafal dan kini sudah lupa? Mari kita baca lagi. Kita kembalikan ayat tersebut ke dalam hati dan ingatan. Jangan sampai kita jadikan mantan.

Mungkin kita pernah membaca atau mendengar cerita tentang seorang dari kalangan tabi’in, yaitu seorang mujahid yang juga hafal penghafal al-Qur’an. Sebab godaan wanita, ia rela melepas keimananya. Dan, tahukah kita apa yang terjadi dengan hafalanya? Ya, tidak tersisah dari hafalannya kecuali hanya dua ayat saja. Ini bukti bahwa manta hafidz tersebut benar-benar ada! Mudah-mudahan Allah Swt. memelihara kita. Amiin

Ketahuilah bahwa al-Qur’an yang kita hafal adalah harta yang paling berharga daripada dunia dan seisinya. Betapa tidak, ialah yang menjadi kemuliaan di dunia dan akhirat. Dengan al-Qur’an kita dapat memberikan mahkota kemuliaan di akhirat nanti kepada kedua orang tua. Dengan al-Qur’an kita akan menghadiahkan pakaian kehormatan kepada kudua orang tua pula. Dengan al-Qur’an kita dapat menaiki tangga kemuliaan di surga sesuai jumlah ayat yang kita hafal didunia. Masya Allah!

Sehingga, jawaban pertanyaan di awal tadi adalah “bisa-bisa saja”. Dan terkait pertanyaan “siapa”, jawabannya adalah diri kita sendiri. Dari mana kita tahu hal tersebut? Ya tentu, berdasarkan banyaknya ayat al-Qur’an yang kita hafalkan tetapi telah kita lupakan. Kita bukan hanya lupa, tetapi juga tidak ada semangat untuk mengembalikan hafalan tersebut. Sedikit ataupun banyak, hafalan tersebut adalah tanggung jawab kita. Jika setelah membaca buku ini kita masih bergeming untuk meraih kemabli hafalan yang terlupakan tersebut, mungkin memang benar, kita benar-benar mantan hafidz!

Penulis hanya ingin menekankan agar hafalan al-Qur’an yang pernah kita dapatkan tidak dilupakan begitu saja. Meskipun itu hanya beberapa ayat. Apalagi, jika yang sudah kita hafala adalah seluruhnya, Masya Allah, tentu sangat sayang jika dilupakan. Sebab, haflan tersebut adalah anugrah besar untuk kita.

Lupa adalah hal yang wajar. Setiap manusia pasti pernah lupa. Namun, hal utama adalah segala tingkah laku kita jangan samapi jauh dari al-Qur’an. Jangan sampai semangat kita menjaga hafalan menjadi kendur. Sebutan mantan hafidz tidak dilontarkan oleh orang lain. Namun, kitalah yang dapat menilai diri sendiri, pantas tidaknya disebut mantan hafidz.

Jika para orientalis Barat bersusah payah mempelajari al-Qur’an hanya untuk menghancurkan Islam, kita mengafal al-Qur’an untuk kemulian diri sendiri. Kemuliaan tersebut bukan hanya akan kita rasakn di dunia, tetapi juga di akhirat nanti. Semua hafalan yang kita miliki tidak akan sia-sia begitu saja. Maka, jangan patah semangat! Kita tidak akan pernah menjadi mantan hafidz selama terus berusaha menjaga ayat-ayat yang pernah kita hafal. Kita bukan hanya menjaga ayat-ayat-Nya, tetapi juga menjaga akhlak sebagai cerminan al-Qur’an yang kita hafal.

Al-Qur’an adalah nikmat terbesar yang harus kita syukuri. Dan, salah satu cara kita mensyukuri anugrah hafal al-Qur’an adalah dengan tetap menjaganya hingga akhir ayat. Tidak semua orang diberi kesempatan hafal al-Qur’an, loh. Allah Swt. yang memilih hamba-Nya untuk menjadi penghafal al-Qur’an. Maka selamat! Kita adalah salah satu dari hamba-hamba yang dipilih oleh Allah Swt.

Artikel Terkait

TASHIHUL QIRO’AH

TASHIHUL QIRO’AH

PELAJARAN KE-IV TASHIHUL QIRO’AH Hamzah ((أ Hamzah keluarnya dari tenggorokan yang paling dalam. Sifatnya jahr (nafas ditahan), syiddah (suara tertahan), istifal (lidah dibawah), infitah (terbuka antara lidah dan langit-langit atas), ishmat (alot/ lamban), mutawasith...

Mantan Hafidz, Kok Bisa?

Mantan Hafidz, Kok Bisa?

Mantan Hafizh, kok bisa? Ini adalh sebuah pertanyaan dari penulis yang harus anda jawan sebelum membaca buku ini. Jawabanya cukup Anda sampaikan di benak saja. Atau, jika memang perlu, silahkan ucapkan liwat bibir, tanpa perluh berpikir siapa yang akan mendengar dan...

Sifat-sifat Huruf

Sifat-sifat Huruf

PELAJARAN Ke-III SIFAT-SIFAT HURUF Sifat menurut bahasa ialah sesuatu yang menempati pada sesuatu yang dapat memberi makna seperti: Putih, hitam, dan sesuatu yang menyerupainya. Sedangkan menurut istilah ialah sesuatu yang timbul pada saat keluarnya huruf dari...

Pengertian Tajwid

Pengertian Tajwid

Tajwid menurut bahasa merupakan bentuk masdar dari fi’il Madli Jawwada yang berarti membaguskan, menyempurnakan, memantapkan. Menurut istilah Ilmu tajwid ialah ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara memenuhkan atau memberikan hak huruf dan mustahaqnya. Baik...

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share This