Pentingnya Belajar Ilmu Tajwid

Pentingnya Belajar Ilmu Tajwid

Munaqosah Mabin

Membaca Al-Qur’an adalah amalan yang mulia. Setiap hurufnya dibalas dengan sepuluh kebaikan, sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW dalam sabdanya. Begitu juga banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang kemuliaan orang yang mempelajari Al-Qur’an, kemudian mengajarkannya.

Akhir-akhir ini banyak ajakan dari berbagai komunitas untuk semakin memperbanyak membaca Al-Qur’an. Nabi pun pada dasarnya juga menganjurkan Muslim untuk mengkhatamkan Al-Qur’an secara rutin, baik sebulan sekali, tiga bulan sekali, seminggu sekali, bahkan juga tiga hari sekali khatam, sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada.

Tapi, patut disadari juga bahwa meskipun memperbanyak membaca Al-Qur’an itu baik, untuk mencapai kualitas ibadah yang lebih baik maka cara membaca Al-Qur’an perlu diperbaiki. Dalam Al-Qur’an surat Al Muzammil ayat 4 juga Allah sebutkan bahwa “…dan bacalah Al-Qur’an secara tartil…”.

Dalam sebuah atsar, Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa tartil adalah “tajwidul huruf, wa ma’rifatul wuquf (mengindahkan bacaan huruf, dan mengetahui tentang waqaf-nya)”. Maka dari sini ilmu tajwid sebagai ilmu yang membahas cara pengucapan, sifat huruf Al-Qur’an, serta kaedah lainnya menjadi penting.

Mengenai pentingnya ilmu tajwid, Seorang alim ahli qiraat bernama Syekh Al Jazari, menyebutkan dalam syairnya, Manzhumah al-Jazariyyah.

وَ الْأَخْذُ بِالتَّجْوِيْدِ حِتْمٌ لَازِمُ # مَنْ لَمْ يُصَحِّحِ القُرآنَ آثِمُ

“Dan mempelajari ilmu tajwid adalah sesuatu yang wajib, Siapa yang tak (berusaha) memperbaiki bacaannya maka ia bisa berdosa”

 

لِأَنَّهُ بِهِ الإلَهُ أَنْزِلا # وَ هَكَذَا مِنْهُ إِلَيْنَا وَصَلَا

“Karena demikianlah (beserta cara membacanya) Allah menurunkan Al-Qur’an Dan seperti itu pula (bacaan Al-Quran dan tajwidnya) sampai kepada kita”

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad, ternyata juga beserta cara membacanya. Mulai dari cara pengucapan huruf (makharijul huruf), kaidah-kaidah tajwid lain terkait hukum bacaan huruf nun dan mim  yang diharakat sukun, panjang pendeknya bacaan, serta letak berhenti dan memulai bacaan ayat maupun kalimat (al waqfu wal ibtida’).

Menurut ulama bernama Syekh Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al Jazari ini, Al-Qur’an diturunkan beserta cara membacanya, selain sebagai mukjizat dan penghias bacaan Al-Qur’an, juga untuk menjaga maknanya. Diharapkan nanti setelah bisa paham tentang ilmu tersebut, seseorang bisa membaca Al-Qur’an dengan indah dan baik, tanpa kesulitan dan kesusahan.

Dan lagi, menurut Syekh Al Jazari, hal itu tidak bisa tercapai tanpa kesungguhan dan melanggengkan bacaan. Membaca Al-Qur’an memang butuh proses untuk belajar, yang memang tidak mudah. Apalagi membiasakan kemampuan bicara orang Indonesia memang perlu bersabar. Maka belajar Al-Qur’an dengan berguru ke alim yang mumpuni menjadi begitu penting, supaya kesalahan baca dan manfaat ilmu tajwid bisa terasa. Semoga segala usaha kita mempelajari Al-Qur’an dapat menjadikannya penuntun hidup dan penolong di hari akhir nanti. Wallahu a’lam. (Muhammad Iqbal Syauqi)  

Sumber: https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/pentingnya-belajar-ilmu-tajwid-PtPfo

Pengertian Tajwid

Pengertian Tajwid

Tajwid menurut bahasa merupakan bentuk masdar dari fi’il Madli Jawwada yang berarti membaguskan, menyempurnakan, memantapkan. Menurut istilah Ilmu tajwid ialah ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara memenuhkan atau memberikan hak huruf dan mustahaqnya. Baik yang berkaitan dengan sifat, mad dan sebagainya, seperti Tarqiq, Tafkhim, dan selain keduanya. Hukum mempelajari ilmu tajwid fardhu kifayah dan mengamalkannya fardhu ‘ain bagi setiap pembaca Al Qur’an dari ummat islam baik laki-laki atau perempuan.

Tujuan memperlajari lmu tajwid adalah menjaga lisan dari kesalahan-kesalahn (Lahn) waktu membaca Al Qur’an. Lahn Ialah Bacaan salah atau menyimpang dari kaidah tajwid ketika membaca ayat-ayat Al Qur’an. Lahn dibagi menjadi dua:

  1. Lahn Jaly
  2. Lah Khofy   Lahn Jaly ialah kesalah yang terjadi pada lafadz ketika membaca Al Qur’an baik itu kesalahn itu merubah makna atau titik seperti merubah salah satu huruf dengan huruf yang lainnya, atau merubah harokat dengan harokat lainnya.

Contoh merubah huruf dengan huruf

اعطيناك  dibaca اعتيناك

Tho dibaca  ta

الحمد  dibaca الهمد

Ha dibaca Hha

 

Contoh merubah harokat dengan harokat

انعمتَ  dibaca انعمتُ

Tu dibaca  ta

الحمدَ  dibaca الحمدُ

Du dibaca da

 

Kesalahan di atas, disebut kesalahn yang jelas, menurut kesepakan ‘Ulama Ahli Qira’at merupakan kesalahn besar dan apabila dilakukan dengan sengaja hukumnya haram.

  1. Lahn Khofy ialah kesalahan yang terjadi pada lafadz-lafadz ketika membaca Al Qur’an yang menyalahi huruf Al Qur’an tetapi tidak merubah makna seperti tidak membunyikan ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad wajib

Contoh:

  • Lafadz من قبلكم huruf nun sukun dibaca tanpa dengung
  • Lafadz انا عابد huruf na dibaca panjang seharusnya dibaca pendek

Akan tetapi apabila huruf yang dipanjangkan, atau dipendekan itu sampai merubah arti sebuah lafadz, maka hukumnya tetap lahnu jaly seperti lafadz هدى huruf dibaca panjang هودى maka maknanya menjadi “Orang Yahudi”.

 

TINGKATAN BACAAN DALAM MEMBACA AL QUR’AN

Tingkatan bacaan yang dipakai dalam membaca Al Qur’an menurut ulama qurro’ yang diperbolehkan ada empat

  1. At Tartil

Yaitu bacaan yang perlahan-lahn dan jelas, mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya dan menerapkan sifat-sifatnya, serta mentadabburi maknannya.

Tingkatan bacaan ini adalah yang paling bagus karena dengan bacaan itulah Al Qur’an diturunkan.

  1. At Tahqiq

Yaitu bacaan seperti artil tetapi lebih tenang dan perlahan-lahan cara ini lazim digunakan untuk mengajarkan Al Quran dengan sempurna

  1. Al Hadr

Yaitu bacaan sepat dengan tetap mempraktekan tajwidnya.

  1. At Tadwir

Bacaan yang sedang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat , pertengahan antara Al-hadr dan At Tartil